Motorik Halus Wajah Leher (Lanjutan)
Motorik Halus Wajah Leher
Memasuki usia 3-6 bulan bayi akan mulai
sering bergumam, menggetarkan bibir, bermain dengan saliva di sekitar dan membentuk
bunyi menyerupai fonem produksi bibir (/p/, /b/, /m/) yang dipadu dengan
vokal. Jika stimulasi dari lingkungan cukup aktif maka bayi akan semakin sering memberikan
respon dan proses ini akan semakin mengoptimalkan fungsi dan gerakan
otot bibir dan sekitarnya.
Bayi belum memiliki pemahaman untuk bertutur kata namun bayi juga mulai memiliki memori terhadap bunyi
lingkungan sekitar, terutama
dengan orang yang sering berinteraksi dengannya.
Proses mastikasi yang dilalui bayi masih tahap menghisap susu dari payudara ibu atau menggunakan dot. Bibir akan dirangsang untuk menjepit puting atau dot sehingga kekuatan otot sekitar bibir meningkat dan siap mendukung proses produksi bunyi dan lidah akan bergerak mendorong ke depan untuk memompa cairan keluar.
Memasuki usia 6-9 bulan bentuk bunyi yang dihasilkan bayi mulai bervariasi dan melibatkan gerakan aktif dari organ selain bibir yaitu lidah. Bayi akan sering menjulur, menggetarkan bibir, dan mulai membentuk bunyi menyerupai fonem produksi lingua (/t/, /d/, /n/, /l/) yang dipadukan dengan vocal. Jika stimulasi dari lingkungan cukup aktif maka bayi akan semakin sering memberikan respon dan proses ini akan semakin mengoptimalkan fungsi dan gerakan otot lidah dan sekitarnya. Bayi akan semakin banyak menunjukan ekspresi emosi dan mulai memberi respon terhadap bunyi dengan menengok juga mengenali wajah yang familiar dengannya.
Proses mastikasi yang dilalui bayi selain minum susu, bayi juga diperkenalkan dengan tekstur makanan halus yang akan menstimulasi sensor taktil di area dalam rongga mulut juga sensori pengecapan untuk rasa makanan. Gerakan lidah bayi akan distimulasi untuk melakukan usaha lebih karena tekstur makanan berbeda dengan cairan sehingga dia harus belajar melakukan gerakan selain mendorong ke depan untuk menjaga makanan tetap dalam mulut.
Memasuki usia 9-12 bulan bayi akan mulai meniru bentuk kata sederhana yang diucapkan orang sekitarnya. Bayi juga meniru gerakan-gerakan orang sekitar, baik gerakan tubuh maupun ekspresi wajah. Proses ini akan mengoptimalisasi koordinasi gerakan organ artikulasi bibir, lidah dan rahang karena gerakan yang lebih kompleks. Bayi juga sudah mulai mengenali benda miliknya dan memberikan gestur menunjuk untuk mengungkapkan keinginannya. Di usia ini bayi juga paham larangan sederhana dalam bentuk kata, “tidak”. Pemahaman terhadap bahasa juga mulai berkembang, bayi memiliki simpanan bunyi yang cukup namun masih terbatas dalam ekspresi.
Proses mastikasi yang dilalui bayi adalah mulai bervariasinya tekstur dan rasa makanan yang diberikan. Bayi sudah harus belajar mengunyah untuk stimulasi otot rahang dan pertumbuhan gigi. Semakin bervarian tekstur makanan yang dikenalkan makan semakin mudah adaptasi sensor taktil dan rasa dalam rongga oralnya, sehingga anak akan lebih mudah dalam proses pengenalan gerakan organ artikulasi menuju kesiapan artikulasi. Gerakan organ lidah juga semakin kompleks dan memiliki kekuatan otot yang meningkat juga koordinasi yang mulai terbentuk.
Memasuki usia 12 bulan ke atas anak akan mulai banyak mengeluarkan kata dan memahami makna kata yang sering didengar terutama kata yang merujuk benda sekitarnya. Anak sudah mampu mengidentifikasi anggota tubuhnya dan menggunakan kata “tidak” diiringi dengan gestur yang tepat. Akan ada fase dimana anak akan kembali menirukan kata atau frase namun dengan bentuk yang lebih kompleks dan perkembangan fonem semakin pesat. Respon dari orang dewasa sekitarnya akan sangat mempengaruhi perkembangan dan simpanan kata yang dimiliki anak.
Proses mastikasi yang dilalui bayi adalah mulai bervariasinya tekstur dan rasa makanan yang diberikan, juga proses makan dan minumnya. Kecepatan, ketepatan dan kekuatan gerakan dari organ artikulasi siap untuk proses artikulasi.
Setelah kemampuan artikulasi terbentuk, anak juga harus memiliki sebuah keterampilan sama pentingnya yaitu kesadaran fonemik. Kesadaran fonemik adalah keterampilan menghubungkan antara bunyi dengan huruf pada sebuah kata. Kesadaran fonemik anak mempengaruhi kemampuan memahami bacaan dan proses menjadi pembaca mandiri. Kesadaran fonemik secara alami terjadi di saat anak mendengarkan bunyi-bunyi yang diucapkan oleh orang di sekitarnya.
Keterampilan ini terlihat saat anak sudah mampu membedakan bunyi bermakna dan tidak bermakna, menyimak ucapan yang terjadi di sekitarnya dan secara bertahap kemampuan menyimak anak akan meningkat dari segi durasi, sehingga anak akan lebih mudah memahami kosakata dan mendukung kesiapan anak dalam berbahasa tingkat lanjut.
Orangtua dan pendidik juga perlu menstimulasi keterampilan ini jika anak masih memiliki kesadaran fonemik yang belum sesuai usia. Kesadaran fonemik baiknya dilatihkan sebelum anak mengenal huruf. Bunyi-bunyi vokal dilatihkan dengan cerita berima, dan bunyi konsonan biasanya dilatihkan dalam bentuk suku kata yang terdapat pada kata.
Kesadaran fonemik melatih anak mendengar dan membedakan bunyi yang bermakna, juga membantu meningkatkan kemampuan menyimak bahasa lisan. Kesadaran fonemik dapat dilatih melalui kegiatan seperti permainan menyimak, sajak, lagu, permainan kata dan kalimat, mencari bunyi pada awal dan akhir suku kata, dan permainan eja (spelling skill).
Stimulasi dini menjadi langkah awal menuju pada kecerdasan majemuk. Kecerdasan kinestetik pun bukan hanya sekedar anak bergerak seperti biasanya, tetapi meliputi kemampuan anak mengukur ruang, mengukur energi yang dibutuhkan untuk melakukan gerak itu, dan sebagainya. Semua ini akan terjadi jika sudah terjadi kematangan pada sarafnya. Di saat gerbang kecerdasan terbuka maka tercapailah kecerdasan majemuk.
Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh berbagai hal antara lain pendengaran dan persepsi pendengaran, penglihatan dan persepsi penglihatan, kemampuan kognitif, pemahaman terhadap simbol, serta pembelajaran sosial. Kelima hal tersebut juga saling mempengaruhi satu sama lain. Selain itu perkembangan bahasa saling mempengaruhi dengan kemampuan bahasa ekspresif. Kemampuan bahasa ekspresif, saling mempengaruhi antara keterampilan motorik dan keterampilan sosial. Keterampilan motorik akan mempengaruhi sikap, speech phonology prosody. Kemampuan bahasa ekspresif akan mempengaruhi speech phonology prosody, form syntax morphology, konten semantik, dan penggunaan pragmatik. Kemampuan sosial akan mempengaruhi penggunaan pragmatik.
Kemampuan berbicara, bahasa, dan komunikasi, penglihatan dan motorik halus, kognitif, perilaku sosial dan bermain akan saling mempengaruhi kesadaran fonologi, mencetak pengetahuan dan membaca, dan literacy socialization. Ketiga hal tersebut akan mempengaruhi kesiapan literasi yang juga dipengaruhi oleh instruksi formal. Kesiapan literasi akan mempengaruhi bacaan, penulisan, dan ejaan.
Perkembangan kognitif, kemampuan bahasa, dan memori akan saling mempengaruhi dengan mengembangkan perhatian, regulasi emosi, perencanaan dan pengorganisasian. Ketiga hal tersebut akan mempengaruhi regulasi emosi yang juga dipengaruhi oleh attachment temperament. Regulasi diri akan mempengaruhi perilaku sosial, penyesuaian, dan pengetahuan.
Posting Komentar untuk "Motorik Halus Wajah Leher (Lanjutan)"